Kampiunnews | Surabaya – Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Kelompok 10 Stase Keperawatan Medikal Bedah, sukses menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dengan tema “Kenali Penyakit STEMI”. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang IRNA 6, Rumah Sakit Universitas Airlangga, dan berlangsung selama 30 menit, dari pukul 10.30 hingga 11.00 WIB.
Acara ini dipandu oleh Mari Camerlinda O.A sebagai moderator dan menghadirkan Crisogna de Araujo sebagai pemateri utama. Kegiatan PKRS ini dibimbing oleh dosen akademik Ika Nur Pratiwi, S.Kep., Ns., M.Kep., serta didampingi oleh pembimbing klinik Ners Fifit, yang turut berperan aktif dalam kelancaran kegiatan.
Materi edukasi difokuskan pada pemahaman tentang STEMI (ST Elevation Myocardial Infarction), sebuah kondisi kegawatdaruratan jantung akibat sumbatan mendadak pada pembuluh darah koroner yang dapat menyebabkan kematian jaringan otot jantung. Penyuluhan meliputi penjelasan mengenai definisi, faktor risiko, tanda dan gejala khas, serta langkah penanganan awal pada kasus STEMI.
Menurut pemateri, faktor risiko STEMI dibagi menjadi dua, yaitu:
- Faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga.
- Faktor yang dapat dimodifikasi seperti merokok, hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, dan obesitas.
Gejala khas STEMI adalah nyeri dada mendadak seperti ditekan atau ditindih, yang dapat menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, atau punggung. Gejala ini sering disertai sesak napas, mual, muntah, dan keringat dingin.
Kegiatan PKRS ini mendapat sambutan antusias dari keluarga pasien. Mereka aktif bertanya, salah satunya mengenai kemungkinan risiko keturunan, “Jika ayah saya mengalami diabetes dan hipertensi, apakah saya juga berisiko mengalami STEMI?” Pertanyaan tersebut menjadi bukti meningkatnya kesadaran peserta terhadap pentingnya deteksi dini dan gaya hidup sehat.
Secara keseluruhan, kegiatan PKRS berjalan dengan lancar dan efektif. Para peserta tampak memahami materi yang disampaikan. Harapannya, edukasi ini mampu meningkatkan pengetahuan serta kesiapsiagaan keluarga pasien dalam menghadapi situasi darurat terkait penyakit jantung, khususnya STEMI.