Kampiunnews | Jakarta – Pemilihan Paus baru dilakukan melalui proses rahasia yang penuh dengan tradisi kuno, dikenal sebagai konklaf, yang berlangsung di Kapel Sistina, Vatikan.
Hanya kardinal berusia di bawah 80 tahun yang berhak memilih dalam konklaf ini. Biasanya, sekitar 120 kardinal dari berbagai negara berpartisipasi. Berikut beberapa nama yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat:
Kardinal Luis Antonio Tagle (67, Filipina, Kepala Evangelisasi Vatikan)
Dikenal sebagai “Fransiskus dari Asia”, Tagle menonjol karena kepeduliannya terhadap keadilan sosial. Ia disebut-sebut bisa menjadi Paus pertama dari Asia, seperti halnya Fransiskus yang berasal dari Amerika. Meski profilnya kuat, kariernya sedikit terhambat setelah dicopot dari kepemimpinan Caritas Internationalis pada 2022 akibat dugaan perundungan institusional.
Kardinal Pietro Parolin (70, Italia, Sekretaris Negara Vatikan)
Sebagai tokoh senior dan diplomat utama Vatikan, Parolin dianggap sebagai figur pemersatu antar faksi dalam Gereja. Ia dikenal lewat peran pentingnya dalam perjanjian kontroversial dengan pemerintah Cina terkait pengangkatan uskup. Jika terpilih, Parolin akan mengembalikan kepemimpinan Gereja ke tangan bangsa Italia, setelah tiga Paus non-Italia.
Kardinal Peter Turkson (76, Ghana)
Turkson dikenal sebagai kandidat dari Afrika sub-Sahara dengan latar belakang diplomatik yang kuat. Ia sempat dipercaya oleh Paus Fransiskus menjadi utusan perdamaian untuk Sudan Selatan. Gaya komunikasinya yang hangat serta keterlibatannya dalam isu-isu global memperkuat peluangnya.
Kardinal Marc Ouellet (79, Kanada)
Seorang konservatif dengan pengalaman luas di lingkungan Vatikan. Ouellet memiliki penguasaan bahasa yang baik dan koneksi kuat di kalangan tradisionalis. Meski sempat diterpa tuduhan pelanggaran, ia telah membantah semua klaim tersebut.
Kardinal Fridolin Ambongo Besungu (65, Kongo)
Uskup Agung Kinshasa ini disebut sebagai rising star dari Afrika. Ia dikenal tegas dalam nilai-nilai tradisional dan aktif memperjuangkan isu keadilan sosial. Penolakannya terhadap pemberkatan pasangan sesama jenis menempatkannya sebagai tokoh penting di mata kalangan konservatif.
Kardinal Matteo Zuppi (69, Italia)
Dikenal sebagai “pastor jalanan”, Zuppi memiliki pendekatan pastoral yang dekat dengan kaum miskin dan migran. Ia disukai oleh kalangan progresif, namun mendapat resistensi dari faksi konservatif dalam Gereja.
Kardinal Jean-Marc Aveline (66, Prancis)
Uskup Agung Marseille ini memiliki hubungan dekat dengan Paus Fransiskus, khususnya dalam isu imigrasi dan hubungan antaragama. Jika terpilih, Aveline akan menjadi Paus pertama asal Prancis dalam lebih dari enam abad.
Kardinal Peter Erdo (72, Hungaria)
Dikenal sebagai penjaga tradisi Katolik, Erdo tetap mampu berdialog dengan pihak-pihak yang mendukung reformasi. Meskipun tidak memiliki karisma menonjol, stabilitas dan pengalaman membuatnya tetap menjadi kandidat kuat.
Kardinal Mario Grech (68, Malta)
Awalnya dikenal sebagai konservatif, Grech kini tampil sebagai motor penggerak reformasi Gereja di bawah Paus Fransiskus. Ia aktif mendorong inklusivitas, termasuk bagi umat Katolik LGBTQ+, dan punya jaringan kuat di dalam Kuria Roma.
Kardinal Juan Jose Omella (79, Spanyol)
Omella dikenal hidup sederhana dan dekat dengan Paus Fransiskus. Ia menjadi salah satu penasihat utama Paus sejak 2023. Namun, kedekatannya itu bisa menjadi penghalang bila konklaf menginginkan perubahan arah kepemimpinan.
Kardinal Joseph Tobin (72, Amerika Serikat)
Meski Paus dari AS jarang dipertimbangkan, Tobin adalah pengecualian. Ia dipuji karena kepemimpinannya dalam menangani krisis pelecehan seksual dan keterbukaannya terhadap komunitas LGBTQ+. Keahliannya dalam berbagai bahasa juga menjadi nilai tambah.
Kardinal Angelo Scola (83, Italia)
Pernah menjadi kandidat kuat pada konklaf 2013. Meski sudah melewati batas usia untuk memilih, secara teknis ia masih bisa dipilih sebagai Paus. Namun, dalam sejarah modern, hal ini sangat jarang terjadi.
Seperti pepatah lama dalam Gereja, “Kardinal muda memilih paus tua“. Pepatah ini mencerminkan kecenderungan memilih sosok yang lebih senior dan berpengalaman, yang mungkin hanya akan menjabat untuk masa yang lebih singkat.